MAKALAH
ETIKA BERBUSANA DIKALANGAN REMAJA
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Perkembangan busana
dari masa ke masa mengalami mperubahan yang sangat signifikan. Bahkan dari
tahun ke tahun mode atau style berubah menurut pemikiran dan perkembangan
budaya dan tekhnologi.
I.2.
Tujuan dan manfaat
Tujuan
dan manfaat dari makalah ini, penulis bermaksud :
1.
Remaja lebih memahami pengertian busana
2.
Remaja, dapat mengethaui macam-macan
gaya berbusana
3.
Remaja mampu menyikapi gaya berbusana
yang ada sekarang ini
4.
Remaja, memgetahui dampak gaya
bnerbusana yang ada
I.3.
Rumusan Permasalahan
Permasalahan
yang timbul dari Berbusana dikalangan remaja :
1.
Apakah etika berbusana?
2.
Bagaimana penerapan etika berbusana?
3.
Bagaimana Etika berbusana yang baik?
4.
Apa Motif yang bisa diterapkan remaja
kehidupan sehari-hari?
BAB
II
PEMBAHASAN
II.
1. Pengertian Etika Berbusana
Untuk
memahami etika berbusana, perlu dipahami tentang etika. Menurut Frans
Magniz–Suseno, etika ialah ilmu yang mencari orientasi, etika mau mengerti
mengapa kita harus mengikuti ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita dapat
mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral.
Sementara itu, Drs.H.Hasbullah Bakry,SH. mengemukakan etika yaitu ilmu yang
menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan melihat pada amal perbuatan
manusia sejauh yang dapat diketahui akal pikiran.
Dalam
kaitannya dengan berbusana, maka dapat diartikan bahwa etika berbusana yaitu
suatu ilmu yang memikirkan bagaimana seseorang dapat mengambil sikap dalam
berbusana tentang model, warna, corak (motif) mana yang tepat baik sesuai
dengan kesempatan, kondisi dan waktu serta norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat.
Estetika
berbusana dapat diartikan sebagai suatu bidang pengetahuan yang membicarakan
bagaimana berbusana yang serasi sesuai dengan bentuk tubuh seseorang serta
kepribadiannya. Berbusana yang indah dan serasi yang menerapkan nilai-nilai
estetika berarti harus dapat memilih model, warna dan corak, tekstur, yang
sesuai dengan pemakai.
II.2.
Penerapan Etika Berbusana
Menerapkan
etika berbusana dalam kehidupan manusia perlu memahami tentang kondisi lingkungan,
budaya dan waktu pemakaian. Untuk hal itu baik jenis, model, warna atau corak
busana perlu disesuaikan dengan ke tiga hal tersebut, agar seseorang dapat
diterima dilingkungannya.
Dasar
perintah manusia untuk memakai dan menggunakan busana termaktub dalam kitab
suci Al-Quran yaitu :
“Katakanlah
kepada wanita yang beriman:"Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan
memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka
kecuali yang (biasa) nampak dari mereka. Dan hendaklah mereka menutupkan kain
kudung kedada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali
kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau
putera-putera mereka.
“Wahai
Putra-Putra Adam! Kami telah menurunkan kepada kamu pakaian yang berfungsi
menutupi ‘aurat kamu dan bulu (sebagai pakaian indah untuk perhiasan).”
(QS.al-A’raf : 26)
“Wahai
putra-putra Adam, pakailah perhiasan kamu (yakni pakaian kamu di setiap
(memasuki) masjid” (QS. al-A’raf [7] : 31)
“Dan
dia (Allah) menjadikan kamu bagi kamu pakaian yang memelihara kamu dari panas
dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan.”(QS.an-Nahl :
81).
Manusia
membutuhkan pakaian (sandang) untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dasar
sehari-hari di samping kebutuhan akan tempat tinggal (papan) dan makanan
(pangan). Pakaian dapat memberikan keindahan, proteksi dari penyakit,
kenyamanan, dan lain sebagainya. Tanpa baju/pakaian dapat mengakibatkan
seseorang dikatakan gila.
II.3.
Etika Berbusana yang Baik
1.
Menutup Aurat Bagian Tubuh
Saat
ini banyak kita jumpai gadis dan wanita yang tidak menutup aurat dengan
bajunya, sehingga dapat memunculkan rangsangan kepada kaum laki-laki yang
melihatnya. Ada banyak pilihan pakaian yang tertutup dan sopan yang bisa
digunakan tanpa mengurangi kecantikan perempuan. Seharusnya pemerintah
memberikan teguran dan hukuman bagi orang-orang yang mengumbar tubuhnya.
2.
Sesuai Dengan Tujuan, Situasi dan Kondisi Lingkungan
Jika
ingin sekolah gunakanlah pakaian seragam sekolah, bukan pakaian untuk tidur
(piyama), renang, kerja, dan lain-lain. Apabila suhu di luar rumah sangat
dingin, gunakanlah jaket yang tebal, bukan memakai pakaian tipis.
3.
Tampak Rapi, Bersih, Sehat, dan Ukurannya Pas
Pakaian
yang dipakai sebaiknya pakaian yang telah dicuci bersih, disetrika rapi dan
jika dipakai tidak kebesaran maupun kekecilan. Pakaian yang kotor merupakan
sarang penyakit bagi kita diri sendiri maupun kepada oang lain yang ada di
sekitarnya.
4.
Tidak Mengganggu Orang Lain
Pakailah
baju-baju yang biasa-biasa saja tidak mengganggu akivitas maupun kenyamanan
orang lain. Misalnya menggunakan gaun wanita dengan ekor puluhan meter sangat
tidak pantas jika kita gunakan di tempat seperti di bus umum.
5.
Tidak Melanggar Hukum Negara dan Hukum Agama
Sebelum
memakai pakaian ada baiknya diingat-ingat dulu hukum di dalam maupun di luar
negeri. Hindari memakai pakaian yang bertentangan dengan adat istiadat, hukum
budaya yang berlaku di tempat tersebut. Di mana bumi di pajak, di situ langit
di junjung.
II.
4. Enam motif berbusana
1.
Motif Religi
Manusia
sebagai makhluk yang mempunyai keyakinan dalam memeluk agama manapun cenderung
mempunyai motif berbusana yang tidak melanggar sopan santun, tata susila, tidak
memberi peluang kepada orang berbuat sesuatu yang asusila. Motif religi ini
akan mendorong orang memilih busana yang sesuai dengan aturan-aturan yang
dibolehkan atau dipersyaratkan dalam agamanya.
Berbusana
dengan motif religi seyogianya akan menyesuaikan dengan aturan dan persyaratan,
seperti dalam agama Islam untuk busana laki-laki minimal dari pusat sampai
lutut, sedangkan untuk perempuan seperti telah dikemukakan di atas yaitu
untuk perempuan yang sudah akil balig harus menutupi seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.
Berbusana untuk perempuan ini dalam Al Qur’an surat AlAhzab [33] : 59 yang
artinya ”Hai Nabi ! suruhlah isteri-isterimu, dan anak-anak perempuan-mu,
dan perempuan Mu’minin, menghulurkan
jilbab mereka atas (muka-muka) mereka.
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak
diganggu. Dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang”.
2.
Motif Budaya
Busana
cenderung tidak dapat dilepaskan dari budaya masyarakat, karena dipengaruhi
oleh kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat yang ada pada masyarakat. Dikemukakan
oleh Kluckhohn bahwa tujuh unsur kebudayaan sebagai cultural universal yang bisa didapatkan pada
semua bangsa di dunia, yaitu salah satunya peralatan dan perlengkapan hidup
manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata,
alat-alat produksi,
transport, dan sebagainya). Salah satu
unsur kebudayaan yang dikemukakan
Kluckhohn tersebut, jelas
busana atau pakaian termasuk dalam unsur kebudayaan.
Berbedanya
busana daerah antara daerah yang satu dan daerah lainnya, karena kebudayaan
manusia di setiap daerah cenderung berbeda, yang dipengaruhi oleh alam sekitar.
Perbedaan busana daerah masing-masing ini, karena setiap daerah mempunyai adat
istiadat, kebiasaan, cara hidup yang bisa berbeda di antara yang satu dan yang
lainnya, dan lingkungan sosial budaya yang berbeda. Jadi, motif budaya ini
dapat dimanifestasikan pada busana, baik dengan adanya busana daerah yang ada
di kepulauan di wilayah Republik Indonesia, maupun dengan masuknya budaya barat yang dianggap oleh orang pada
umumnya lebih praktis. Kenyataan kepraktisan ini memberi inspirasi untuk
membuat busana daerah lebih praktis dalam pemakaiannya tanpa
menghilangkan ciri khasnya.
3.
Motif Kebersamaan
Manusia
sebagai makhluk sosial ingin selalu hidup berteman, sebagai teman ngobrol,
diskusi, mencurahkan isi hati, dan ingin diterima di lingkungan
di mana ia berada. Motif kebersamaan ini dapat dilihat dari kebersamaan
dalam pekerjaan, dalam organisasi, sosial, politik, profesi, kegemaran (hobby),
sekolah (studi). Motif kebersamaan ini dapat diimplementasikan pada kekompakan
melaksanakan tugas dan tanggung jawab, disiplin kerja, dan aturan atau cara
berbusana. Salah satunya motif kebersamaan dapat disalurkan melalui berbusana.
Motif
kebersamaan melalui berbusana dapat dimanifestasikan dengan menyepakati busana
seragam, baik untuk busana seragam pekerjaan atau kantor tertentu, seperti
seragam pegawai Pemerintah
Daerah (Pemda), Pajak,
Tentara Nasional Indonesia/TNI (darat, laut, udara), Polisi Republik
Indonesia (Polri), pramugari, seragam organisasi partai politik maupun seragam
sekolah dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan seragam Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas (SLTA), dan seragam yang berupa jas atau jaket mahasiswa.
4.
Motif Mode
Dalam
pemilihan busana antara lain akan dipengaruhi oleh motif mode, karena
kecenderungan setiap orang ingin mengikuti mode yang sedang digemari masyarakat
atau mode yang paling mutakhir. Motif mode yang umumnya ada pada setiap orang
inipun dapat dijadikan dasar untuk memproduki busana pada
perusahaan-perusahaan industri busana. Usaha-usaha industri
busana akan berkembang pesat apabila pengelola usaha
tersebut cukup jeli melihat dan
memahami model-model mana yang digemari masyarakat, sehingga menjadi
mode yang trend di masyarakat tertentu.
Model
merupakan topik yang memberikan kegairahan kepada manusia terutama pada wanita
yang peduli pada berbusana. Mode sering berubah dari waktu ke
waktu, lebih-lebih di
negara yang mempunyai empat musim
(musim panas, musim gugur, musim dingin dan musim semi). Perubahan musim
ini akan mendorong para desainer untuk menciptakan model-model busana yang
diprediksikan akan dapat digemari masyarakat dan berkembang di masyarakat pada
musim-musim tertentu. Dari model busana yang diciptakan para desainer itu dapat
menjadi mode yang digemari masyarakat. Selanjutnya, pemilihan model busana pada
orang-orang yang peduli dan perhatian terhadap mode yang sedang trend, menjadi
motif untuk memilih busana.
5.
Motif Urusan
Motif
urusan yaitu motif yang berkaitan dengan urusan pribadi (privacy), urusan dalam
kaitan status dan
urusan dalam suatu profesi. Berkaitan dengan motif urusan,
di antaranya memerlukan
busana yang sesuai
dengan motif urusan tersebut terutama
bagi orang-orang yang peduli, perhatian pada hal berbusana atau
orang-orang yang berada di perkotaan yang sibuk dengan berbagai kegiatan.
Motif
urusan yang berkaitan dengan berbusana ini akan memberikan arahan kepada
seseorang untuk mempergunakan busana
pada kesempatan tertentu sesuai dengan urusannya masing-masing. Busana
(pakaian) sebagai salah satu kebutuhan primer ekonomi (di samping pangan dan
papan) dalam situasi tertentu dapat menjadi urusan politik
dan hukum nasional
suatu negara. Sebagai
contoh hal itu pernah terjadi
dalam Pemerintah Churchill di Inggris mengeluarkan dekrit tentang busana
(pakaian) untuk menanggulangi kekurangan dana dan tenaga
akibat perang yang terus berkecamuk perlu menentukan kostum
siap pakai yang hemat dalam
penggunaan bahan dan
perhitungan ongkos produksi. Dekrit dimaksud dikenal
Utility Scheme Dresses.
6.
Motif Alam
Motif
alam berarti sangat menentukan jenis atau bentuk busana seperti apa, sehingga
menutup aurat dengan daun-daunan yang apapun dapat masuk tahapan manusia
berbusana. Mengamati berbusana sejak zaman primitif atau juga sekarang
pada daerah-daerah pedalaman tertentu
seperti di Irian
Jaya dapat kita
memperhatikan busana-busana yang mereka pergunakan. Mereka masih
tergantung pada alam, apalagi jika kita
melihat ke belakang, di
mana alam masih
belum terjamah manusia, teknologi
masih sangat sederhana, ilmu pengetahuan belum berkembang, sehingga manusia
masih mengandalkan atau memanfaatkan benda-benda yang ada di alam dengan
pengolahan yang sangat sederhana. Hasil kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni (ipteks) dalam bidang pertekstilan dapat menghasilkan berbagai macam
bahan busana, dari bahan yang sederhana
sampai bahan yang eksklusif untuk melayani
kebutuhan manusia, salah satunya
karena manusia memilih busana ada yang karena motif alam.
BAB
III
PENUTUP
III.1
Kesimpulan
Berbusana sangatlah penting peranannya
dalam kehidupan manusia dalam segala kegiatan. Dengan berbusana manusia dapat
menunjukan pribadi individu masing, gaya hidup, lingkungan, budaya bahkan
status social yang berjenjang dalam masyarakat. Remaja harus bisa menentukan
mana busana yang baik dan tepat sesuai waktu dan tempat. Remaja juga bisa
memilah mana yang sesuai dengan religi.
III.2
Saran
Penulis dalam menyusun makalah ini
pastilah belum sempurna, maka dari itu penulis berharap teman-teman dan pembaca
sudi memberikan saran dan kritik untuk kebaikan makalah berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar