Naskah Drama Kemerdekaan Indonesia
Kemerdekaan
Republik Indonesia
Indonesia
sendiri merupakan negara kepulauan dengan kebudayaan dan kekayaan alam yang
berlimpah di dalamnya. Oleh karena itu, dahulu banyak bangsa yang ingin
berusaha menguasai itu semua dengan cara menjajah.
Tahun 1945, merupakan akhir dari segala penderitaan rakyat
Indonesia terhadap semua perlakuan dari bangsa yang menjajahnya, khususnya
bangsa Jepang dan Belanda sendiri yang menduduki Indonesia selama 3,5 abad
lamanya.
Nah,
postingan ini merupakan alur kemerdekaan Indonesia yang aku sajikan dalam
bentuk dialog (drama).
Nb
: Sebelumnya kurang lebihnya urutan cerita dan apapun yang ada di dalam naskah
ini mohon minta maaf.
PART I
Setelah berhasil meluluhlantahkan
pangkalan militer Amerika di Pearl Harbour, Jepang melebarkan gurita militernya
ke Asia Tenggara. Tanpa menghadapi rintangan, Jepang berhasil menduduki kawasan
Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Pada akhir 1944, kedudukan Jepang dalam
Perang Asia Timur Raya semakin terdesak. Pada keadaan seperti ini, Perdana
Menteri Jenderal Kuniako Koiso mengeluarkan janji kemerdekaan pada bangsa
Indonesia pada 9 September 1944 guna menarik simpati bangsa Indonesia
Dihadapan Ir. Soekarno dan dan militer
Jepang Perdana Menteri Kaiso mewakilkan pernyataan kemerdekaan untuk Indonesia
kepada Tenno Haika.
Tenno Haika : “Koiso the Prime Minister of
Japan declare to the people of Indonesia that they will be set free in the
future. I am happy and very touched by the power of infinite mind. Well as
expressed gratitude for discretion and sincerity of government employees along
with armies were has been furiously fulfill its obligations. And those who for
years have been waiting for the independence.
Ir.Soekarno : “Paduka yang mulia
Tenno Haika dengan hati yang terharu kami menerima pengumuman bahwa kerajaan
Nippon memperkenankan kemerdekaan bangsa Indonesia di kemudian hari. Hati dan
jiwa kami meluap rasa terima kasih yang sekhidmat-khidmatnya pada yang mulia
Tenno Haika yang bermurah hati memperkenankan terkabulnya cita-cita kami yang
telah berpuluh-puluh tahun itu. Saya atas nama segenap rakyat Indonesia meminta
kepada paduka tuan supaya mempersembahkan rasa terima kasih kami”.
PART II
Pada 1 Maret 1945, Jepang telah
meresmikan terbentuknya BPUPKI yang dipimpin oleh Radjiman Wedyodiningrat dan
memiliki anggota 60 orang. Dalam BPUPKI, terjadi siding 1 (29 Mei- 1 Juni
1945) digedung Cuo Sangi In. Dalam sidang tersebut membahas mengenai dasar
Negara Indonesia.
29 Mei 1945
Ó
Mr.
Moh. Yamin
: ”Dalam sidang hari ini, saya mengajukan usulan mengenai dasar Negara yang
berwujud tulisan maupun dalam bentuk lisan. Berikut rumusan secara lisan :
a.
Peri Kebangsaan
b.
Peri Kemanusiaan
c.
Peri Ketuhanan
d.
Peri Kerakyatan
e.
Peri Kesejahteraan Rakyat
·
Secara
tertulis :
a.
Ketuhanan Yang Maha Esa
b.
Kebangsaan Persatuan
Indonesia
c.
Rasa kemanusiaan yang Adil
dan Beradab
d.
Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
e.
Keadilan social bagi
seluruh rakyat Indonesia
Keesokan harinya, sidang dilanjutkan
(31 Mei 1945)
Ó
Prof.
Dr. Soepomo
: “Sidang hari kedua ini, saya ingin menyumbangkan ide pikiran saya. Usulan
tersebut antara lain :
a.
Persatuan
b.
Kekeluargaan
c.
Keseimbangan Lahir dan
Batin
d.
Musyawarah
e.
Keadilan Rakyat
Hari terakhir sidang 1 Juni 1945
Ó
Ir.
Soekarno
: “Saya selaku anggota BPUPKI, ingin turut serta dalam perumusan dasar Negara.
Saya mengusulkan :
a.
Kebangsaan Indonesia
b.
Internasionalisme
c.
Mufakat
d.
Kesejahteraan Sosial
e.
Ketuhanan Yang Maha Esa
Part III
Dengan dilaksanakan persidangan kedua
pada 10-16 Juli 1945, maka selesailah sidang BPUPKI yang pertama. Sebelum
diadakannya persidangan ke 2, BPUPKI sempat membentuk panitia kecil yang
menampung saran & pendapat mengenai dasar Negara.
Ir.
Soekarno
: “Bolehkah saya berpendapat ?
Ketua
BPUPKI
:”Baiklah silahkan”
Ir.Soekarno :”Bagaimana jika dalam
masa rehat ini,digunkan untuk membentuk suatu badan yang menampung Saran dan
pendapat mengenai dasar Negara.”
Ketua
BPUPKI
:”Baiklah,siapa yang yang ingin ikut dalam suatu badan ini.Tapi jangan lupa akn
tugas yang harus diselesaikan secepatnya dan harus dirundingkan kembali dalam
sidang BPUPKI ke 2.
PART IV
Dalam masa perhatian sidang (reses)
yakni tanggal 22 Juni 1945,panitia 9 dan anggota BPUPKI mengadakan
pertemuan.Dalam pertemuan itu panitia kecil membuat sebuah dokumen dan yang
disampaikan pembukaan dasar Negara.
Rancangan tersebut di terima baik oleh
anggota BPUPKI dan disampaikan sidang pada sidang BPUPKI ke 2. Sidang BPUPKI
10-16 Juli 1945.
*para anggota BPUPKI duduk
Ketua
BPUPKI :
“dipersilahkan ketua panitia 9 menyampaikan hasil kinerjanya selama ini.”
Ir.soekarno : “Baiklah panitia 9 telah
membuat rancangan hokum dasar Negara yang diberi nama JAKARTA CHARTER atau
Piagam Jakarta”
Isi
Piagam Jakarta:
-
ketuhanan
dengan menjalankan syariat islam bagi para pemeluknya
-
Kemanusiaan
yang adil dan beradab
-
Persatuan
Indonesia
-
Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
-
Keadilan
social bagi seluruh rakyat Indonesia
PART V
Selanjutnya BPUPKI membentuk Panitia
Perancang Undang- undang, panitia kecil, dan penghalus bahasa
Ir.Soekarno : “ Dengan suara bulat
dari anggota-anggota lain, kami menyetujui secara bulat isi pembukaan UUD
tersebut.
Dr.
Soepomo :
“Disini kami sebagai panitia kecil akan menyempurnakan kembali rancangan UUD”.
Ir.
Soekarno
: “ Selaku ketua panitia, saya melaporkan hasil kerja dari panitia yang terdiri
:
a.
Pernyataan
Indonesia Merdeka
b.
Pembukaan
UUD
c.
Batang
Tubuh UUD
Rumusan
yang telah disahkan tersebut kelak dikenal sebagai UUD 1945”.
PART VI
Pada 6 Agustus 1945, Amerika Serikat
menjatuhkan sebuah bom atom diatas kota Hiroshima. Sehari setelah pengeboman
itu, tepatnya 7 Agustus 1945 BPUPKI di bubarkan dan digantikan oleh PPKI yang
diketuai oleh Soekarno dan diwakilkan oleh Bung Hatta dengan anggota 21 orang.
Untuk kedua kalinya, diatas kota Nagasaki, Jepang kembali dibom oleh Amerika
Serikat. Penyerangan yang kedua kalinya ini, membuat Jepang lemah tak berdaya.
Momen ini pun dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya.
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi.
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi.
Marsekal
Terauchi
: “Disini saya mengabarkan kepada kalian semua bahwa pasukan Jepang sedang di
ambang kekalahan dan kami akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia”.
Ir.
Soekarno
: “Baik, dan terima kasih atas kesediaan bangsa Jepang untuk memerdekakan kami
bangsa Indonesia. Kami akan membantu dalam persiapan kemerdekaan bangsa kami.”
PART VII
3 Tokoh tersebut kembali ke tanah air
dan ternyata di Indonesia, Sutan Syahrir telah mendengar kabar bahwa Jepang
telah menerima ultimatum dari Sekutu untuk menyerah melalui radio BBC pada 15
Agustus 1945. Dan Syahrir berusaha mendesak Soekarno untuk segera
memproklamarirkan kemerdekaan
Sutan
Syahrir : “
Bung Hatta dan Bung Karno, kita harus segera memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia secepat mungkin karena ini waktu yang sangat tepat”.
Moh.
Hatta :
“Apa maksud perkataanmu itu? Tolong perjelaslah pernyataanmu itu”.
Sutan
Syahrir :
“Iya, karena berita kekalahan Jepang atas Sekutu sudah tersebar. Dengan
demikian kita dapat memproklamasikan kemerdekaan”.
Ir.
Soekarno
: “Dengar Syahrir ! Kita tidak dapat memproklamasikan kemerdekaan begitu saja!
Karena kita harus membahas hal ini dalam rapat PPKI agar semua jelas”.
Moh.
Hatta :
“Dan apakah berita kekalahan itu sudah terbukti secara akurat?”
Sutan
Syahrir :
“Saya sendiri yang mendengar berita tersebut melalui radio BBC”.
Ir.
Soekarno
: “Tapi, saya tetap pada pendirian saya”.
PART VIII
Setelah mendengar keputusan Ir.
Soekarno dan Moh. Hatta yang tidak setuju dengan pendapat golongan muda yang
akan memproklamasikan kemerdekaan secepat mungkin, Sutan Syahrir kemudian
mendatangi markas golongan muda di Menteng Raya.
Sukarni : “Bagaimana hasilnya
Syahrir?”
Sutan
Syahrir :
“Bung Karno dan Bung Hatta sangat tidak setuju dengan pendapat golongan muda”.
Sayuti
Melik :
“Kenapa bisa begitu ? Ini semua untuk kebaikan kita, karena dalam keadaan
vacuum of power ini, kita dapat memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan
golongan muda membutuhkan keterlibatan golongan tua untuk memproklamasikan
kemerdekaan”.
Sutan
Syahrir :
“Menurut Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan perlu adanya
pertemuan PPKI karena mereka telah terikat oleh kesepakatan yang dibuat oleh
Jenderal Marsekal Terauchi”.
B.M.
Diah :
“Kita secepatnya harus mengadakan pertemuan golongan muda terkait pembahasan
masalah ini”.
PART IX
Akibat perbedaan pendapat itu,
terjadilah peristiwa “Rengasdengklok”. Chaerul Shaleh sebagai pemimpin,
mengadakan pertemuan di ruangan Lembaga Bakteriologi, Jalan Pegangsaan Timur
No. 17 Jakarta.
Chaerul
Shaleh :
“Teman-teman, kita harus mengadakan tindak tegas mengenai waktu proklamasi
kemerdekaan Indonesia yang tidak bisa ditunda lagi”.
Wikana
:
“Menurut berita dari Syahrir, Bung Karno dan Bung Hatta tidak ingin proklamasi
kemerdekaan dilakukan secepatnya karena mereka telah terikat dengan kesepakatan
yang dibuat oleh Jenderal Marsekal Terauchi bahwa kesepakatan akan diberikan
oleh Jepang”.
Maryono
:
“Kemerdekaan adalah hak rakyat! Bukan tergantung dari Negara lain, saya tidak
setuju mengenai hal itu”.
Chaerul
Shaleh :
“Kita harus mendesak secara paksa agar Bung Karno dan Bung Hatta menyetujui
keputusan ini”.
Darwis : “Lalu siapakah yang akan
menemui Bung Karno untuk menyampaikan keputusan ini? Apakah kita semua?”
Chaerul
Shaleh :
“Oh, itu tidak mungkin kita lakukan. Baiklah saya menunjuk Wikana dan Darwis
untuk menemui Bung Karno dan Hatta di kediamannya”.
Darwis : “Baik Shaleh, semua akan
kami laksanakan dengan segenap jiwa kami”.
Oleh Wikana dan Darwis, hasil keputusan
disampaikannya kepada Bung Karno di kediamannya Jalan Pegangsaan Timur No.56
Jakarta pukul 22.30
Ir.
Soekarno
: “Ada tujuan apa kalian berdua kemari menemui saya?”
Darwis : “Kita datang dengan
maksud ingin menyampaikan keputusan yang sudah kami musyawarahkan dengan
golongan muda agar Bung Karno bersedia memproklamirkan kemerdekaan secepat
mungkin”.
Ir.
Soekarno
: “Saya tidak akan melakukan hal itu, saya akan tetap teguh pada pendirian saya
bahwa proklamasi kemerdekaan harus dibahas dulu dalam sidang PPKI”.
Wikana
:
“Apakah Bung Karno tidak ingin memikirkan keputusan itu kembali”.
Ir.
Soekarno
: “Sekali tidak tetap tidak. Keputusan saya ini telah bulat. Dan saya tidak
main- main dengan perkataan saya !”
Wikana : “Apabila Bung Karno
tidak mau mengucapkan pengumuman itu mala mini juga, besok akan terjadi
pertumpahan darah!”
Ir.
Soekarno
: “Inilah leherku! Saudara boleh membunuh saya sekarang juga. Saya tidak dapat
melepas tanggung jawab sebagai ketua PPKI. Karena itu, saya akan tanyakan
kepada wakil-wakil PPKI besok”.
PART X
Untuk kedua kalinya, Ir. Soekarno dan
Moh. Hatta tidak menyetujui pendapat golongan muda mengenai waktu proklamasi
kemerdekaan. Oleh karena itu, para pemuda kembali mengadakan rapat di Asrama Baperpi
Jln. Cikini No.71 Jakarta yang dipimpin oleh Chaerul Shaleh. Dari hasil
pertemuan ini diputuskan untuk membawa Soekarno- Hatta ke Rengasdengklok.
B.M.
Diah :
“Bagaimana ini, Shaleh. Bung Karno tetap tidak mau menyetujui keputusan kita
ini”.
Chaerul
Shaleh :
“Tolong bersabarlah, kita harus menculik Bung Karno ditempat yang aman, agar
tidak terpengaruh oleh tekanan dari Jepang”.
Darwis
:
“Bagaiman jika kita bawa ke kota Rengasdengklok? Tempat itu berada 15 km kearah
Jakarta- Cirebon”.
Chaerul
Shaleh :
“Baiklah. Keputusan sudah ada, Soekarno-Hatta akan di bawa ke Rengasdengklok
besok pagi”.
PART XI
Rencana penculikan itu terjadi pada
tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.00 WIB. Penculikan ini terbagi menjadi dua
yaitu penculikan Moh. Hatta di kediamannya dan penculikan Ir.Soekarno di
kediamannya. Penculikan atas Moh.Hatta terlebih dahulu terlaksana dan Moh.Hatta
langsung dibawa mobil ke Rengasdengklok. Golongan muda yang lainnya langsung
menuju kediaman Ir.Soekarno. Golongan muda yang akan menculik Ir.Soekarno
langsung masuk ke rumah Ir. Soekarno.
Golongan
muda :
“Maaf Bung Karno kami terpaksa melakukan tindakan ini!”(langsung mengikat
tangan Soekarno)
Ir.
Soekarno
: “Sebenarnya ini ada apa? Kenapa kalian mengikat tangan saya? Jangan main-main
kalian!”(masih dalam kebingungan dan berusaha melawan)
Golongan muda menyisir ke seluruh
ruangan kediaman Ir.Soekarno. Mereka bertemu dengan Fatmawati istri Soekarno
dan anaknya yaitu Guntur Soekarno Putra.
Golongan
muda : “Hal
yang terjadi pada Bung Karno terpaksa kami lakukan juga kepada ibu dan anak
ibu!”
Fatmawati
: “ Lepaskan! Lepaskan! Saya tidak mengetahui hal apa yang telah terjadi!”
(terus berteriak dan melawan namun tak berhasil)
Setelah berhasil mengikat kedua tangan
Fatmawati dan Guntur, Golongan muda ini mengawal Fatmawati dan anaknya ke arah
ruang tamu dimana disana Ir. Soekarno telah terikat kedua tangannya.
Ir.
Soekarno :
“ Kenapa kalian juga tega melakukan hal ini kepada anak dan istriku?”
Fatmawati
:
“ Sebenarnya apa yang telah terjadi ? Apa salah kami?” (menginginkan jawaban
pasti)
Golongan
muda
: “Sudah diam! (membentak). Jangan banyak bertanya! Kami akan menjelaskanya
nanti.
Golongan muda lalu mengawal paksa
Ir.Soekarno, Fatmawati dan Guntur keluar rumah untuk dibawa ke
Rengasdengklok
PART XII
Rombongan penculikan Ir.Soekarno telah
tiba di Rengasdengklok. Di tempat penculikan ini, Moh.Hatta telah tiba telebih
dahulu. Ir.Soekarno, Fatmawati dan Guntur langsung di suruh duduk di kursi
seperti Moh.Hatta dengan tangan masih terikat.
Ir.Soekarno
: “Tidak hanya saya dan anak istri saya yang kalian culik, namun Bung Hatta
juga ?”
Golongan
muda :
“Golongan muda melakukan tindakan tegas ini agar Bung Karno dan Bung Hatta
segera memproklamirkan Kemerdekaan!”
Bung
Hatta
: “ Kalian semua memang keras kepala!( membentak). Sudah berapa kali saya dan
Bung Karno menyatakan tidak setuju dengan keputusan ini!”
Golongan
muda : “
Kenapa kita tidak menggunakan kesempatan emas ini sebaik mungkin?”
Ir.
Soekarno
: “ Berita kekalahan Jepang atas Sekutu belum dapat dipercayai kebenarannya”
Golongan
muda : “
Apa Bung Karno dan Bung Hatta tidak mempercayai berita yang dibawakan Sultan
Syahrir”.
Bung
Karno
: “ Saya belum percaya sebelum ada bukti yang akurat”.
Walaupun sudah diamankan ke
Rengasdengklok Soekarno dan Moh.Hatta tetap pada pendiriannya. Dari pihak
golongan muda mengirim Jusuf Kunto ke Jakarta untuk melaporkan keadan ini
kepada pemuda yang berada di Jakarta.
PART XIII
Sementara itu di Jakarta, Ahmad Subarjo
sibuk mencari informasi kebenaran tentang kekalahan Jepang atas Sekutu yang
tiba-tiba dikagetkan dengan hilangnya Soekarno dan Moh.Hatta. Keberadaan
Soekarno dan Hatta akhirnya diketahuinya dari Wikana.Dan telah terjadi
kesepakatan pula antara golongan tua yaitu Ahmad Subarjo dan Wikana dari
golongan muda untuk mengadakan proklamasi di Jakarta. Berdasarkan kesepakatan
itu Ahmad Subarjo, Sudiro sekertaris pribadi Ahmad Subarjo, dan Jusuf Kunto
pergi ke Rengasdengklok untuk menjemput rombongan Soekarno. Rombongan Ahmad
Subarjo telah tiba di Rengasdengklok.
Ahmad
Subarjo
: “ Lepaskan mereka sekarang juga, kita dapat membahas permasalahan ini dengan
baik-baik”.
Golongan
muda :
“Tidak bisa begitu saja, jika Bung Karno dan Bung Hatta tidak egois dengan
pendiriannya, kita juga tidak akan melakukan tindakan ini!”.
Ahmad
Subarjo
: “ Memang kesempatan emas ini harus kita gunakan sebaik mungkin. Tetapi,
berita kekalahan Jepang atas Sekutu telah terbukti kebenarannya?”.
Golongan
muda : “
Golongan muda sendirilah yang mendengar berita tersebut melalui radio.”
Ahmad
Subarjo :
“Proklamasi Kemerdekaan akan dilaksanakan esok hari juga, paling lambat pukul
12.00 WIB.”
Golongan
muda : “
apakah perkataan itu bias terbukti adanya?”
Ahmad
Subarjo :
“ Jika terbukti saya ingkar, nyawa saya sebagai jaminannya. Sekarang lepaskan
mereka!”
Golongan
muda: “
Baiklah kami setuju dengan keputusan ini .”
Kemudian rombongan tersebut pulang ke
Jakarta untuk membahas penyusunan teks Proklamasi.
PART XIV
Dalam perumusan teks proklamasi, semula
akan dilakukan di Hotel Des Indes 16 Agustus 1945 pkl. 23.00 WIB, tetapi pihak
hotel tidak mengizinkan adanya kegiatan selepas 22.30 WIB. Dengan keadaan
seperti ini, Ahmad Soebardjo berhasil meminjamlan tempat dari Laksamana Maeda
di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta.
Maeda : “Oh
kalian, Silahkan masuk ke rumahku ini. Anggap saja seperti rumah sendiri. Maaf
saya tidak akan ikut campur tangan, saya akan naik saja di lantai dua”.
Ir. Soekarno :
“Baik, sebelumnya terima kasih atas kesediaan anda dalam penyiapan tempat ini”.
Maeda :
“Iya, sama-sama”.
B.M. Diah :
“Baiklah bung Karno, kami akan menunggu saja di luar”.
Ir. Soekarno :
“Baik”.
Moh. Hatta :
“Kita harus sesegera mungkin untuk perumusan naskah proklamasi”.
Tidak ada kesulitan yang mereka hadapi,
semua berjalan lancar. Setelah mereka selesai dengan teks proklamasinya mereka
kembali ke serambi menemui Sudiro, B.M Diah, dan Sukarni
B.M Diah :
“Bagaimana Bung, apakah semua sudah terselesaikan?”
Moh. Hatta :
“Tenanglah, semua sudah berjalan denga baik”.
Soebardjo :
“Lalu siapa yang akan menandatangani naskah ini?
Moh. Hatta :
“Bagaimana jika semua yang hadir di sini yang menandatangani naskah ini selaku
wakil dari bangsa Indonesia?”
Sudiro:
“Saya tidak setuju, saya pikir itu terlalu banyak”.
Sukarni :
“Saya juga tidak setuju, kurasa penandatanganan hanya cukup 2 orang saja,
Soekarno- Hatta”.
Soekarno:
“Baiklah, terimakasih atas kepercayaan kalian”.
PART XV
Dengan disetujuinya usul Sukarni
tersebut, Mereka kembali di kediaman Soekarno. Soekarno meminta Sayuti Melik untuk
mengetik naskah tersebut (17 Agustus 1945, pkl. 04.00 WIB). Di kediaman
Soekarno, kesibukan tamapak mewarnai rumahnya.
Ir. Soekarno :
“Sayuti, bisakah kau mengetikkan naskah ini”.
Sayuti Melik :
“Oh, baiklah”.
Ir. Soekarno :
“Fatmawati, tolong kemarilah”.
Sesaat kemudian Fatmawati datang
Fatmawati : “Ada
apa kangmas memanggil saya kemari?”
Ir. Soekarno :
“Apakah ibu sibuk?”
Fatmawati :
“Oh, tidak kangmas. Memang ada apa?”
Ir. Soekarno :
“Kalau begitu, tolong jahitkan bendera Merah Putih. Ibu kan masih punya sisa
kain merah dan putih”.
Fatmawati :
“Baik, Kangmas”.
PART XVI
Selesai dengan persiapan yang akan
digunakan, muncul persoalan mengenai tempat pembacaan proklamasi. Dan akhirnya
dilangsungkan di Rumah Ir. Soekarno sendiri, Jalan Pegangsaan Timur No. 56
Jakarta. Hara- huru terjadi menjelang pembacaan proklamasi.
Sukarni :
“Bung Karno, saya sudah memberitahukan pada rakyat Jakarta dan sekitarnya untuk
mendengar pembacaan teks proklamasi dan berkumpul di Lapangan Ikada”.
Ir. Soekarno : “
Saya tidak setuju jika pembacaan proklamasi dilangsungkan di Lapangan Ikada”.
Sukarni : “
Mengapa begitu, Bung?”
Ir. Soekarno : “
Saya khawatir apabila proklamasi dilangsungkan di Lapangan Ikada akan timbul
bentrokan antara rakyat dan penguasa militer Jepang”.
Sukarni :
“Kalau begitu, dimana tempat yang aman untuk pembacaan proklamasi?”
Ir. Soekarno : “
Bagaiman kalau di halaman rumah saya, selain aman kediaman saya memiliki
halaman yang luas yang akan cukup untuk menampung ratusan orang.”
Sukarni :
“Baiklah kalau begitu, saya akan segera menyebarkan berita ini”.
Sesaat setelah berita mengenai tempat
pelaksanaan itu sudah tersebar,tiba- tiba dr. Muwardi dan Suhud menemui Ir.
Soekarno di kediamannya.
Suhud : “
Maaf Bung, apakah saat proklamasi nanti kita akan mengibarkan bendera merah
putih?”
Ir. Soekarno :
“Itu tentu akan dilakukan, itu adalah symbol bahwa kita telah merdeka”.
Latief :
“Tetapi benderanya belum ada. Bagaimana ini?”
Ir. Soekarno :
“Kamu tidak usah khawatir, Fatmawati sudah saya suruh untuk menjahitkannya”.
Suhud : “Oh,
baiklah. Kalau begitu kita berdua yang akan mencari tiang bambunya”.
PART XVII
Persiapan segala sesuatu sudah siap.
Para tokoh pejuang telah hadir, termasuk walikota Jakarta, Suwiryo. Hanya Moh.
Hatta saja yang belum hadir di sana. Dr. Muwardi mendatangi Soekarno
dikamarnya, dan mengingatkan bahwa hari sudah siang
Muwardi : “
Bung, ayo mulailah acara ini. Hari sudah siang, kasihan dengan para pemuda dan
tokoh pejuang lainnya yang sudah menunggu sejak pagi”.
Ir. Soekarno : “
Tunggulah sebentar. Saya tidak akan membacakan proklamasi kalau Hatta tidak
ada. Kalau Mas Suwardi enggan menunggu, silahkan membaca proklamasi itu
sendiri!”
Saat terjadi perdebatan itu, Bung Hatta
datang dengan pakaian putih- putih pukul 09.45 WIB.
Moh.Hatta :
“Maafkan saya teman-teman, jika kalian terlalu lama menunggu saya”.
Ir. Soekarno :
“Tidak apa-apa. Ya sudah, mari kita langsung melakukan proklamasi kemerdekaan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar