Kamis, 24 Oktober 2013

KREATIFITAS MOTORIK HALUS



KREATIFITAS  MOTORIK HALUS

A.    Pengertian Motorik Halus
Sumantri (2005:143), menyatakan bahwa motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek.
Hal yang sama dikemukakan oleh Yudha dan Rudyanto (2005:118), menyatakan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggambar, menyusun balok dan memesukkan kelereng.
Demikianpula menurut Bambang Sujiono (2008:12.5) menyatakan bahwa  motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakkan pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena itu, gerakkan ini tidak terlalu  membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seprti menggunting kertas, menggambar, mewarnai, serta menganyam. Namun tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama.
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan individu menurut Hurlock (1996) adalah sebagai berikut:
a.       Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
b.      Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.
c.       Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
d.     Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan).

B.     Perkembangan Motorik Halus Anak
Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara rutin. Seperti, bermain puzzle, menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya, membuat garis, melipat kertas dan sebagainya.
Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda. Dalam hal kekuatan maupun ketepatannya. perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulai yang didapatkannya. Lingkungan (orang tua) mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak. Lingkungan dapat meningkatkan ataupun menurunkan taraf kecerdasan anak, terutama pada masa-masa pertama kehidupannya.
Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Di setiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya. Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin banyak yang ingin diketahuinya. Jika kurang mendapatkan rangsangan anak akan bosan. Tetapi bukan berarti anda boleh memaksa si kecil. Tekanan, persaingan, penghargaan, hukuman, atau rasa takut dapat mengganggu usaha dilakukan si kecil.
Terdapat dua dimensi dalam perkembangan motorik halus anak yang di uraikan oleh Gesell (1971),yaitu:
1.      Kemampuan memegang dan memanifulasi benda-benda.
2.      Kemampuan dalam koordinasi mata dan tangan.
a.      Melakukan kegiatan dengan satu lengan, seperti mencorat-coret dengan alat tulis
b.      Membuka halaman buku berukuran besar satu persatu.
c.       Memakai dan melepas sepatu berperekat/tanpa tali.
d.      Memakai dan melepas kaos kaki.
e.       Memutar pegangan pintu.
f.       Memutar tutup botol.
g.      Melepas kancing jepret.
h.      Mengancingkan/membuka velcro dan retsleting (misalnya pada tas).
i.        Melepas celana dan baju sederhana.
j.        Membangun menara dari 4-8 balok.
k.      Memegang pensil/krayon besar.
l.        Mengaduk dengan sendok ke dalam cangkir.
m.    Menggunakan sendok dan garpu tanpa menumpahkan makanan.
n.      Menyikat gigi dan menyisir rambut sendiri.
o.      Memegang gunting dan mulai memotong kertas.
p.      Menggulung, menguleni, menekan, dan menarik adonan atau tanah liat.

C.    Kegunaan Motorik Halus
Kegunaan/Peningkatan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan  Bermainnya. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir dan sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Perkembangan motorik adalah perkembangan dari unsur pengembangan dan pengendaliangerak tubuh.Perkembangan motorik berkembang dengan kematangan syaraf dengan otot. Dalam standar kompetensi kurikulum TK tercantum bahwa tujuan pendidikan di TK adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk memasuki pendidikan selanjutnya. Memperkenalkan dan melatih gerakan motorik halus anak, meningkatkan kemampuan mengelola,mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dengan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan terampil.
Menggunakan motorik halus adalah dengan cara menggerakkan otot-otot halus pada jari dan tangan. Gerakan ini keterampilan bergerak, yang bisa mencakup beberapa fungsi yaitu melalui keterampilan motirik halus anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang dan anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolahnya.
Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-bagian tubuh  tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat.gerakan motorik halus yang terlihat saat usia TK, antara lain adalah anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu, dan sebagainya. Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Misalnya dalam kemampuan motorik kasar anak belajar menggerakkan seluruh atau sebagian besar anggota tubuh, sedangkan dalam mempelajari motorik halus anak belajar ketepatan koordinasi tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakkan pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas mengnyam kertas, tapi tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada tahap yang sama. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik serta kemantangan mental.
Kegunaan motorik halus :
1.      MengEmbangkan kemandirian, contohnya memekai baju sendiri, mengancingkan baju, mengikat tali sepatu, dll.
2.      Sosialisasi, contohnya ketika anak menggambar bersama teman-temannya.
3.      Pengembangkan konsep diri, contohnya anak telah mandiri dalam melakukan aktivitas tertentu.
4.      Kebanggaan diri, anak yang mandiri akan merasa bangga terhadap kemandirian yang dilakukannya.
5.      Berguna bagi keterampilan dalam aktivitas sekolah misalnya memegang pensil atau pulpen.

E. Kreatifitas Motorik melalui Permainan Kreatif
Istilah permainan kreatif sebenarnya tidak mengacu pada tipe permainan, tetapi pada pendekatan pembelajaran yang digunakan. Pendekatan permainan kreatif digunakan sebgai dasar untuk meracang sebuah kurikulum yang disebut dengan model kurikulum permiana kreatif. Model ini awalnya dikembangkan di Universitas Tenesse, Knoxville pada tahun 1985. Secara teoritis model ini berbijak pada teori perkembangan Jean Piaget, model pembelajaran konstruktif dan praktik pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan (developmentally appropriate practise) anak usia dini yang dikeluarkan oleh NAEYC.
Menurut komite kebijakan laboratorium perkembangan anak tahun 1985 seperti yang dikutip Catron dan Allen , pengoptimalan perkembangan anak yang ingin dicapai kelalui permainan kreatif ini secara terperinci meliputi:
1.      Nilai diri dan kepercayaan diri
2.      Kepercayaan, tanggung jawab, dan kepedulian terhadap sesama
3.      Hubungan interpersonal dan keterapilan berkomunikasi yang efektif
4.      Kemampuan untuk bersikap atau berfikir secara mandiri dan mengembangkan kontrol diri
5.      Keterampilan untuk mengmukakan gagasan dan perasaannya
6.      Pemahaman dan pengelolaan informasi tentang lingkungan fisik dan sosialnya
7.      Pemerolehn dan penggunaan keterampilan untuk memecahkan masalah
8.      Rasa ingin tahu tentang dunia disekitar nya dan rasa nyaman dalam belajar dan bereksplorasi
Pendekatan permainan kreatif juga berhubungan erat denga potensi kreatif yang dimiliki tiap anak menurut Tegano (1991) seperti  yang dikutip oleh Catron dan Allen dalam bukanya Early Curicullum a Creative Play Model potensi kreatif anak dapat dilihat dari 2 sisi yaitu karakteristik kognitif dan kepribadian.
Karakterisitik kognitif yang mencerminkan kreatifitas tersebut meliputi:
1.      Fantasi, yang biasanya dikembangkan saat anak bermain sosio drama atau bermain pura-pura
2.      Berfikir divergen, yaitu dengan munculnya beragam tanggapan, pertanyaan dan gagasan anak
3.      Rasa ingin tau, yang meliputi bertanya, menyelidik dan menguji coba sesuatu
4.      Berfikir metaforik, yaitu menghasilkan atau mengelola sesuatu menjadi suatu hal yang baru
Sedangkan karakteristik kepribadian yang mencerminkan kreatifitas meliputi :
1.      Karakter kreatif, yaitu mudah menyesuaikan diri, daya tahan tinggi, keterlibata yang tinggi dalam kegiatan dan tidak mudah berputus asa
2.      Tidak terikat dengan kelaziman/ konfensi yang berlaku, dimana anak beriorientasi pada sesuatu yang asli baru dan luwes
3.      Berani mengambil resiko, yaitu kemauan untuk menerima tantanga atau mengambil resko kesalahan
4.      Motivasi tinggi, sebagai pendorong dan kontrol dari internal

F. Permaianan Kreatif Bagi Pengembangan Fisik Motorik
Permaianan kreatif akan mendorong kebutuhan anak untuk secara aktif berinteraksi dan terlibat dengan lingkungan fisiknya. Sejak bayi, anak mulai mempelajari dunia sekitarnya melalui sensori motornya. Kegiatan ini akan terus berkembang seiring dengan kematangan dan keterampilan dari berbagai fungsi tubuhnya.
Melalui permainan kreatif, anak berkesempatan memperkaya gerakan-gerakannya. Berbagai gerakan sensori motor, tangan, kaki, kepala, atau bagian tubuhnya yang lain melibatkan baik otot besar maupun otot kecil anak sehingga memungkinkan anak untuk secara penuh mengembangkan kemampuan fisik motoriknya. Singkatnya permainan kreatif akan mendukung perkembangan fisik motorik anak dalam beberapa aspek seperti yang diuraikan berikut ini:
1.      Koordinasi mata dengan tangan atau mata dengan kaki, meliputi kegiatan menggambar, menulis , memanipulasi atau memainkan objek, latihan ingatan visual, melempar, menangkap dan menendang
2.      Keterampilan gerakan lokomotor meliputi berjalan, melompat, melonjat, berlari, berguling, merayap, dan meragkak.
3.      Keterampilan gerekan nonlokomotor, meliputi duduk, berdiri, melambaikan tangan, hadap kanan-kiri, merentangkan tangan, membungkuk dan jongkok
4.      Pengelolaan dan pengendalian tubuh, meliputi pemahaman akan fungsi tubuhnya, pemahaman tentang jarak, irama, keseimbangan, kemampuan untuk memulai atau mengakhiri gerakan dan melaksanakan perintah. Kegiatan yang dapat dilakukan misalnya berjalan diatas dipapan titian, mengikuti jejak, senam irama, mengukur jarak dengan melangkah atau melompat, lomba lari.
G. Peran Guru Dalam Permainan Kreatif
Bermain merupakan sarana bagi anak untuk mengungkapkan kreatifitasnya. Melalui bermain, anak dapat menganalisis berbagai situsi atau benda dan mencoba menemukan cara baru untuk menatanya kembali. Misalnya, saat bermain bongkar pasang dengan balok, anak bisa membuat bentuk mercusuar, kemudian dibongkar lagi membuat sebuah terowongan bawah tanah, dibongkar lagi, lalu membuat gedung perkantoran. Anak juga dapat menemukan fungsi baru yang berbeda dari suatu benda yang tidak biasanya misalnay kursi ia balikan untuk dijadikan kuda-kuadaan anak juga dapat menjalin hubungan baru dnega teman-temannya yang semula ia tidak kenal. Bermain juga merupakan sarana bagi anak untuk berfantasi, berimajinasi, yang akan membantunya menemukan gagasan baru, misalnya seandainya aku bisa terbang, apa yang akan aku lakukan? Seandainya aku bisa bicara denga semut, apa saja yang akan diceritakan semut itu padaku?
Guru memegang peranan penting dalam proses kreatif saat anak-anak bermain. Guru diharapkan mempunyai kepekaan yang tinggi untuk tidak membuat anak-anak ngambek ditengah-tengah proses kreatif mereka. Guru semestinya faham kapan saatnya membiarkan pembelajaran kreatifitas tetap berjalan dan bagaimana menjaga supaya pemikiran dan gagasan anak tetap lancar mengalir.
Berikut ini ada beberapa kiat-kiat yang dapat digunakan untuk memotivasi proses kreatif pada anak.
1.      Guru perlu menanggapi dan menghargai setiap pertanyaan anak meskipun pertanyaan tersebut aneh, unik atau tidak lazim
2.      Guru perlu mengembangkan kesempatan bagi anak untuk melakukan berbagai kegiatan dengan inisiatif sendiri.
3.      Anak-anak perlu tau bahwa gagasan-gagasan mereka menarik dan bernilai.
4.      Guru perlu belajar untuk tidak terkaget-kaget dengan solusi atau gagasan yang tidak lazim yang dikemukakan anak
5.      Anak semestinya dapat melakukan pemikiran kreatif dalam suasana bebas hukum.
6.      Guru perlu memahami betul bahwa proses kreatif yang ada dalam pikiran anak lebih penting dari pada kegiatan yang harus dilakukan anak.
7.      Kreatifitas tidak  hanya milik artis atau seniman.
8.      Kadang pengarahan tertentu dari guru akan memotivasi anak untuk meninjau ulang gagasannya, apakah ada yang perlu diubah atau tetap seperti semula.
9.      Guru selayaknya menghindari penilaian yang terlalu dini terhadap gagasan baru dari anak.



H. RANCANGAN BERBAGAI PERMAINAN KREATIF UNTUK PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK DI TK
A.    Kurikulum Bermain Kreatif Dalam Pengembangan Fisik Motorik
Pada Pembelajaran di TK, permainan kreatif untuk mengembangkan fisik-motorik anak dapat dilakukan setidaknya melalui 3 jenis kegiatan bermain yaitu latihan (practice play), bermain simbolik (symbolic play) dan perlombaan dengan aturan (games with rules). Berikut akan dijelaskan 3 jenis permainan tersebut secara terperinci.
1.      Latihan
Jenis permainan ini banyak digunakan untuk bayi atau anak di bawah usia tiga tahun. Namun kegiatan ini juga tetap dapat dilakukan anak TK dengan memperhatikan tingkat kesulitannya. Bentuk kegiatan latihan ini sangat bervariasi dan dilakukan dalam suasana yang menyenangkan sehingga anak-anak selalu tertarik untuk mencoba dan mencoba lagi. Kegiatan yang dapat dilakukan, misalnya mengajak anak belajar berjalan, merangkak, menyediakan berbagai benda di sekitar anak dengan warna dan bentuk yang bervariasi untuk diselidiki dengan sensori motornya, mengajak anak memanjat, berlari atau menari.
Permainan dengan puzzle dan rancang bangun balok secara sederhana juga dapat diberikan pada anak usia ini, sebagai persiapan untuk membantunya menuju ke tahap permainan berikutbya, yaitu bermain simbolis.
2.      Permainan Simbolik
 simbolik banyak dilakukan saat anak berusia 2-7 tahun, yang terbagi dalam 2 tahap, yaitu bermain pura-pura untuk anak usia 2-4 tahun dan bermain drama untuk anak usia 4-7 tahun. Pada bahasan ini hanya akan diuraikan tentang bermain drama sesuai dengan tahap usia anak TK.
Bermain drama akan memberikan kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi peran dan kemampuannya tanpa takut akan kegagalan. Anak-anak dapat memerankan berbagai tokoh dalam cerita yang disukainya dengan menggunakan berbagai media, seperti boneka, kostum, topeng, sekaligus memperlancar keterampilan berkomunikasi verbalnya dan penggunaan fungsi motoriknya uang lain. Permainan drama ini, sangat bermanfaat untuk mengembangkan pengendalain gerak tubuh. Melalui permainan drama ini anak juga akan meningkatkan rasa percaya diri terhadap kemampuan fisiknya dan berkesempatan untuk mengekspresikan kreativitasnya. Berbagai gerakan tubuh yang dilakukan saat bermain lambat laun akan meningkat sehingga anak mampu menghasilkan gerakan tubuh yang indah dan benar.
Salah satu bentuk bermain drama adalah bermain cerita (story play). Melalui cerita, anak dapat bermain dengan berbicara atau melakukan gerakan sesuai kata-kata yang ada dalam cerita. Pemilihan cerita untuk pengembangan fisik harus dilakukan dengan hati-hati. Bentuk permainan drama yang lain adalah bermain situasi-peran (role situation play). Berbagai pengalaman sehari-hari dapat diangkat dalam jenis permainan ini. Anak-anak dapat berdiskusi dengan guru untuk merancang scenario cerita yang akan digunakan untuk bermain. Skenario cerita untuk bermain situasi peran ini sangat memerlukan imajinasi dari perancangnya supaya gerakan yang dilakukan anak-anak dapat bervariasi, menyenangkan dan tidak membahayakan. Salah satu cara bermain drama situasi-peran adalah mimetik atau permainan meniru kegiatan-kegiatan yang sudah dikenal tanpa peralatan apa pun. Mimetik ini membutuhkan imajinasi anak-anak untuk dapat melakukannya. Bernagai hal bisa ditiru anak , misalnya menangkap kupu-kupu, memotong kayu, memanjat dinding, menggali lubang, menunggang kuda, menjemur pakaian, mendayung kapal, menyanyi, seperti bintang dan berenang seperti ikan. Mimetik dimulai dari tiruan yang sederhana, sebaiknya guru dapat mendiskusikannya dulu dengan anak-anak untuk memeberikan kesempatan pada mereka mengelaborasi dan mengeksplorasi apa yang ingin ditiru.
Ada satu lagi bentuk permaina drama yang dapat dilakukan anak TK, yaitu bermain drama dengan irama kreatif (creative rhythms-dramatic play). Jenis permainan ini melibatkan gerakan motorik yang cukup sulit bagi anak karena selain bergerak anak juga harus mempunyai pendengaran yang tajam agar gerakannya sesuai dengan irama yang dimainkan. Biasanya irama gerakan dihasilkan dari suara drum atau perkusi baik langsung maupun rekaman. Irama kreatif dalam permainan ini dapat dipilih dari yang termudah, yaitu irama bebas (free rhythms), irama teridentifikasi (identification rhythms) atau drama bermain (dramatic rhythms).
            Saat bermain dengan irama bebas, tiap anak awalnya diperbolehkan untuk menaggapi gerakan sesuai keinginannya saat dia mendengar irama yang dimainkan.
Beberapa konsep yang dapat dikombinasikan dalam irama bebas yaitu:
a.       Konsep Posisi, yaitu tinggi-rendah, besar-kecil, dan lain-lain. Perintah yang dapat dilakukan, misalnya maju kedepan, mundur ke belakanng, berjalan lurus, berbelok, jalan zigzag, loncat keatas, kepala tunduk kebawah, jongkok-berdiri.
b.      Konsep waktu, yaitu cepat-lambat, lama-singkat, dipercepat, diperlambat, dan lain-lain. Misalnya, anak diminta berjalan di tempat dengan tempo lambat, makin lama makin cepat sehingga akhirnya, seperti berlari di tempat.
c.       Konsep daya, yaitu diam-bergerak, berpindah-berhenti, banyak sedikit, berat-ringan, kuat-lemah, bertambah-berkurang, gerakan kuat-gerakan lembut dll. Misalnya, gerakan kedua tangan diangkat ke atas di depan wajah, seperti orang sedang berdoa, lalu secara bersama-sama tangn diturunkan sampai ke posisi di samping tubuh.
d.      Konsep komposisi tubuh, yaitu sendirian, berpasangan, bersilangan. Berdiri diatas pundak teman, duduk di pangkuan teman, bergandengan, dll. Gerakan ini merupakan bekal untuk gerakan menari atau senam.
e.       Konsep ekspresi wajah, yaitu marah, sedih, kecewa, takut, berharap, malas, lemas, serius, lelah, gembira dan lain-lain.
f.       Jenis permainan drama dengan irama kreatif yang kedua adalah irama identifikasi, yaitu menirukan gerakan atau menggunakannya untuk bergerak  dari binatang, tanaman, kejadian, benda atau orang yang sudah diketahui anak diikuti dengan irama atau lagu tertentu.
g.      Jenis gerakan berirama yang ketiga dan yang paling sulit adalah drama berirama, yang biasanya lebih dikenal dengan sebutan operet. Dalam gerakan ini sudah ada alur cerita tertentu yang disiapkan, tetapi semua alur tersebut dilakukan melalui serangkaian gerakan berirama yang kadang-kadang diselingi nyanyian, bukan kata-kata ucapan biasa. Dalam operet ini guru perlu menjelaskan alur cerita yang diinginkan dan mempersilakan anak untuk terlebih dulu mencoba menginterpretasikan gerakan yang sesuai. Jadi, diusahakan gerakan muncul dari anak, bukan contoh dari guru. Jika anak merasa kesulitan menginterpretasikan gerakan tertentu, baru guru membantunya. Guru juga perlu memberikan masukan agar gerakan anak selaras dengan music/lagu yang dimainkan.
3.      perlombaan
Jenis permainan perlombaan biasanya dilakuka saat anak berusia 7 – 12 tahu, namun juga dapat dilakukan untuk aak – anak usia TK. Jika perlombaan akan diterapkan untuk anak TK maka ada rambu – rambu yang harus diperhatikan, yaitu :
a.       Mengenalkan perlombaan dengan penerapan aturan secara bertahap dan membebaskan pada anak  untuk terlibat atau tidak terlibat dalam lomba.
b.      Memilih perlombaan yang gembira, aturannya luwes dan memperbolehkan anak – anak untuk memodifikasi aturan supaya mereka mau aktif terlibat dalam perlombaan.
c.       Memilih beragam perlombaan yang mengembangkan berbagai tingkatan perkembangan keterampilan motorik dan lebih menekankan pada tantangan dalam perlombaan itu, bukan untuk mencari siapa yang menang atau siapa yang kalah.
 perlombaan dalam olahraga dapat dirancang oleh guru. dalam hal ini guru perlu mempertimbangkan 2 hal. Pertama, pengelolaan perlombaan yang sesuai dengan perkembangan anak. Kedua, tidak mementingkan aspek persaingan dalam perlombaan tersebut, tetapi lebih mementingkan kerja sama/ kooperatif. Persaingan biasanya menimbulkan rasa frustasi bagi anak yang kalah atau kebanggan yang  berlebihan sebagai seorang bintang bagi yang menang. Sedangkan perlombaan kooperatif (cooperative play) akan memungkinkan  setiap anak menjadi pemain dengan cara bekerja sama, tanpa dibebani kekhawatiran tentang nilai atau menang kalah.
Berikut ini adalah langkah – langkah yang perlu diperhatikan untuk merancang permainan sesuai dengan perkembangan fisik – motorik anak :
a.       Menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak untuk bebas mencoba dan menjelajahi berbagai benda,kegiatan maupun peralatan.
b.      Mengorganisasikan lingkungan didalam dan diluar kelas untuk memberikan kesempatan pada anak mengembangkan keterampilan motoriknya melalui permainan simbolis.
c.       Membiarka anak untuk bergabung dalam perlombaan secara berkelompok saat perkembangan mereka sudah siap, dari pada mengharuskan mereka untuk ikut dalam sebuah lomba atau olahraga. Jika anak sudah tertarik untuk bergabung dalam sebuah grup lomba, utamakan perlombaa yang mengasah kemampuan memecahkan masalah, kreativitas, dan kerja sama dari pada perlombaan yang yang terpaku pada aturan atau mengutamakan persaingan.
d.      Mendorong anak untuk menguji keterampilan motoriknya dalam suasana yang membantu anak mencapai keberhasilan sesuai tingkat perkembangan keterampilan motoriknya.
e.       Membangun anak membangun kesan diri yag positif tentang perkembagan fisik motoriknya dengan cara merencanakan kegiatan yang sesuai dengan tingkatan keterampilan dan minatnya.


B.     BENTUK – BENTUK BERMAIN KREATIF DALAM PENGEMBANGAN FISIK – MOTORIK di TK
Mengembangan fisik motorik di TK melalui permainan kreatif memerlukan perencanaan yang matang agar pelaksanaanya dapat sesuai dengan yang kita inginkan. Untuk memulai rancangan permainan tersebut, terlebih dahulu kita perlu mengidentifikasi aspek tujuan pengembangan fisik – motorik yang diinginkan, kemudian mencari jenis permainan yang sesuai.setelah itu pikirkan apa saja alat atau perlengkapan yang dibutuhkan untuk permainan tersebut dan kelompok mana yang melakukan permainan tersebut, kelas A atau kelas B.
berikut ini adalah beberapa contoh permainan kreatif sesuai dengan aspek tujuan yang diinginkan:
Berikut contoh Permainan kreatif untuk gerakan motorik halus
a.       Aku dapat memakai baju sendiri (jenis : latihan)
1)     Tujuannya mengenalkan berbagai keterampilan hidup mandiri khususnya memaakai baju, melatih koordinasi mata dan tangan.
2)    Sasarannya aak TK kelas A (4 -  tahun)
3)    Sarananya memakai baju ukuran sedang yang dapat dipakai semua anak.
4)    Cara bermain
a)      Guru memegang pakaian/ hem yang kancingnya telah dibuka sambil direntangkan didepan anak – anak.
b)      Anak diminta maju kedepan kelas dan membelakangi baju lalu memasukkan tangannya ke lengan baju, dimulai dari memasukkan tangan kanan ke lengan baju disusul tangan yang kiri ke lengan baju satunya.
c)      Guru juga dapat meletakkan baju dipunggung anak, lalu anak diminta memasukkan tangannya ke lengan baju didekatnya.
d)     Jika aak sudah terampil, baju dapat dipegang anak sendiri dan guru hanya mengarahkan. Anak yang sudah terampil juga dapat diminta untuk membantu temannya yang belum terampil memakai baju.
e)      Untuk menghidupkan permainan, dapat diadakan perlombaan antara kelompok anak untuk berlomba memakai baju dari seluruh anggota kelompok. Jumlah tiap anggota kelompok harus sama, dan diberikan batasan waktu untuk memakai baju, misalnya dengan aba – aba peluit oleh guru. pemenangnya adalah kelompok yang anggota – anggotanya paling rapi (misalnya, kancing terpasang dengan benar) dan berhasil paling banyak memakai baju.

b.      Topeng / boneka dari piring kertas (jenis : permainan konstruktif/ seni)
1)    Tujuannya anak terampil dalam koordinasi mata – tangan dengan cara melipat, menggunting dan menempel.
2)    Sarananya piring kertas untuk kue, karet gelang, kertas krep/ origami berbagai warna, spidol benang wol.
3)    Sasarannya anak tk kelas B
4)   Cara bermain
a)   Guru memberi contoh cara membuat topeng dari piring kertas utuh, anak – anak memperhatikan lalu mengikuti contoh dari guru.
b)  Cara membuat topeng / boneka
1)      Membuat bentuk mata 2 buah dan mulut dari kertas krep/ origami warna – warni, dengan cara menggambarnya terlebih dahulu lalu digunting.
2)      Piring kertas dihias dengan menempelkan mata dan mulut dari kertas krep/ origami warna – warni. Untuk bagian hidung sudah dibuatka lubang segitiga oleh guru (agar saat anak memakai topeng tidak kesulitan untuk bernapas. Guru juga sudah menyiapkan lubang kecil ditepi kiri dan kanan piring untuk memasang karet.
3)      Beberapa benang wol dapat ditempel dibagian atas piring sebagai poni rambut.
4)      Karet dipasangkan dilubang kiri dan kanan yang sudah dipersiapkan guru.
5)      Topeng dapat dipakai anak – anak dengan memasang tiap karet tersebut ke dua telinga. Karet gelang dapat diganti dengan menempel stik kayu kurang lebih 30 cm, untuk dipegang dan ap karet tersebut ke dua telinga. Karet gelang dapat diganti dengan menempel stik kayu kurang lebih 30 cm, untuk dipegang dengan tangan saat anak – anak  ingin memakai topeng.
6)      Guru dapat juga memberikan alternatif bentuk boneka dari piring kertas, dengan cara melipat piring kertas menjadi 2 bagian seolah – olah sebagai rahang atas. Setengah lingkaran yang depan (dengan garis tengah lingkaran di bagian atas ), lalu hiasi mata, hidung, dan mulut dari kertas origami. Boneka tersebut dapat dimainkan dengan memeganginya diantara  ibu jari dan telunjuk saat bercakap – cakap
7)     Anak – anak dapat memilih membuat bentuk topeng atau boneka sesuai keinginan.























DAFTAR PUSTAKA
-          www.demediapustaka.com
-          melyloelhabox.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar